Design Thinking cuma buat designers?

Nurlia Tegar Apriani
2 min readSep 26, 2021

--

Framework ini seringkali dipakai dalam UI/UX Design, Product Design, atau sejenisnya sebagai metode penyelesaian masalah. Di awal kita belajar UI/UX, pasti beberapa senior merekomendasikan untuk memahami design thinking, misalnya untuk metode penyelesaian masalah pada case study.

Setelah mengikuti beberapa course design thinking belakangan ini, yang baru aku sadari adalah sepertinya design thinking bukan cuma designers aja yang perlu paham, tapi juga divisi lain dalam product development. Apalagi pada tahap empathize, define, dan ideate. Dalam design sprint, kita coba gunakan design thinking sebagai metode penyelesaian masalahnya. Nah di tahap empathize-define-ideate, kita bersama-sama dengan tim — bisa researcher, developer dan PM brainstorm membahas masalah apa yang terjadi pada user, apa yang ingin dicapai user, dan masalah apa yang menghalangi user untuk mencapai target tersebut.

Coba aku jelaskan sedikit kenapa pada 3 tahap ini tim lain perlu paham selain designer.

Empathize🧠

Memiliki rasa empati terhadap user yang akan menggunakan produk kita nanti. Dari sisi designer, mungkin dibuat flow yang mudah dimengerti dan visual yang rapih. Dari sisi developer, mungkin dibuat tidak banyak bugs , performance yang bagus, dan hasil slicing sebisa mungkin mirip dengan hasil design. Karena ini akan berpengaruh pada experience user juga.

Define🔍

Memprioritaskan masalah yang ingin diselesaikan terkadang bukan hanya dari designer saja, perspektif developer atau tim lainnya juga sangat dibutuhkan dan berpengaruh pada proses selanjutnya.

Ideate🎨

Sama halnya dengan tahap define, tahap ideate juga butuh banyak masukkan dan perspektif dari tim lain. Misalnya, jika dibuat solusi A apakah bisa didevelop oleh developer sesuai dengan timeline dari tim bisnis? Apakah solusi yang dibuat sudah berdasarkan kebutuhan user dan bisnis?

Ibaratnya, kita satu tim harus melepas topi role kita untuk mencari solusi dari masalah tadi bersama-sama. Tidak ada pembeda, tapi saling memberi masukan dan perspektif karena sudah pasti tujuan yang ingin dicapai adalah sama, untuk menyelesaikan masalah user *sama bisnis juga hehe*.

Setelah menemukan solusi terbaik, baru lah kita pakai kembali topi role kita sebagai output dari solusi berdasarkan peran kita dalam tim. Designer membuat prototype sampai mockup, developer memikirkan data apa yang sekiranya bisa di develop duluan, atau researcher yang mencari feedback lagi dari prototype yang sudah dibuat oleh designer.

Jadi menurutmu, apakah design thinking cuma buat designer?

Ada feedback mengenai tulisan ini? Yuk diskusi di kolom response 😊

--

--